Laporkan Penyalahgunaan

Belajar dari Achmad Irfandi dan Gerakan Kampung Lali Gadget

Posting Komentar

 

Belajar dari Achmad Irfandi dan Gerakan Kampung Lali Gadget
Sumber Gambar : @kampunglaligadget

 “Hiru makannya tambah lagi?”

“Hiru!”

“Hiru!”

“Hiru!”

Panggilan yang kesekian baru direspon oleh anakku yang beranama Jawahiru. Kepala mengangguk, pandangan masih fokus ke layar persegi yang memutar film kartun kesayangannya.

Aku mulai khawatir, durasi makan Hiru semakin lama. Sepertinya makan adalah modus agar dia bisa nonton di ponsel. Kesalahanku adalah mengijinkannya untuk boleh main hp hanya di waktu jam makan. Awalnya, alasan ini membujuknya agar mau makan, badannya terlihat kurus, sehari hanya makan satu kali itupun harus dibujuk terlebih dahulu.

Aku dan suami merasakan memberikan gadget ketika makan memberikan resiko. Ia tidak mau makan tanpa hp. Ia menjadi mudah marah. Serta, jika dipanggil tidak segera merespon.

Kami menghendus hal yang tidak beres dan bertekad mengembalikan tumbuh kembang anak tanpa terganggu aku dan suami sepakat membatasi screen time pada anak. Disini aku akan sharing catatan pengalaman dalam hal tersebut, belajar dari seorang Achmad Irfandi dan gerakan inovasi sosial yang dikelolanya, KGL atau Kampung Lali Gadget. Mencoba mengatasi candu teknologi ini.

Bermain Adalah Kebutuhan Anak

Bermain Adalah Kebutuhan Anak
Sumber Gambar : @kampunglaligadget

Jika sebagai orang tua sudah ada rasa panik, ini adalah kabar baik. Sebaliknya jika biasa saja melihat anak tidak lepas dari gadget bahkan merasa nyaman dengan anak diberikan gadget dan sang ibu bisa melakukan banyak hal. Sepertinya sebagai orang tua perlu belajar banyak hal.

Termasuk penulis. Masih perlu banyak belajar. Nah, ketika kami mendapati Hiru cendrung ke ponsel pada usianya 3.5 tahun. Maka yang kami lakukan adalah tidak ada toleransi untuk memberikan gadget. Awalnya, Hiru merajuk, menangis bahkan tentrum. Kami selaku orang tua, harus tega dan mengorbankan satu gadget. Gadget tanpa baterai yang dipegangnya, dilempar.

Hari pertama, kedua, ketiga rewel. Masuk hari keempat Hiru sudah lupa soal gadgetnya. Dengan syarat kami menemani momen bermainnya. Perlahan memberi penjelasan, kalau gadget yang kedua orang tua gunakan adalah untuk kepentingan kerja. Berusaha semaksimal mungkin untuk tidak fokus dengan benda tersebut ketika bersama.

Alhamdulillah, Hiru sudah berusia lima tahun sekarang. Tanpa gadget. Tantangannya ketika mengunjungi keluarga yang anak-anak memegang gadget. Dia minta juga, dengan penjelasan dan alihkan pikiran, Hiru tetap anteng tanpa ikut-ikutan bermain.

Belajar dari Achmad Irfandi dan Kampung Lali Gadget

Kampung Lali Gadget
Sumber gambar: @kampunglaligadget

Gadget menjadi isu Nasional. Dimana mana kita temukan anak-anak balita, bahkan batita sibuk bermain gadget. Bahkan di pengajian ibu-ibu sekalipun, ditemukan anak-anak sibuk sendiri. Alasannya biar anteng selagi sang ibu menyimak mengajian.

Padahal nyata sekali dampak penggunaan gadget yang berlebihan akan membawa dampak buruk bagi perkembangan sosial dan emosional anak. Dari dampak buruk terhadap mata yang belum siap sampai dampak sosial anak menjadi pribadi tertutup, emosional, kasar, dan malas belajar.

Atas keprihatinan tersebut Achmad Irfandi, menggagas terbentuknya Kampung Lali gadget. Terbentuk sejak tahun 2018, yayasan kampung lali gadget berkomitmen menjadi terminal budaya organik sebagai pintu masuk mengatasi candu teknologi.

Berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur, tepatnya di Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo. Di kampung ini tidak akan ditemui anak-anak memainkan gadget. Mereka terlihat sibuk asyik bermain di sawah, membaca di pojok baca atau bermain mainan tradisonal.

Sangat menikmati alam dengan masa-masa bersama teman sebaya. Apakah kamu rindu dengan permainan estafet daun, egrang, dakon, gobak sodor, sepak takraw, dolanan gedebog, bermain layangan, membuat kue tradisional jemblem, bermain kelereng? Intip kegiatan anak-anak di sini, lepaskan kerinduan untuk bermain bersama mereka. Lebih menarik lagi jika mengenalkan ke anak-anak dan generasi selanjutnya.

Nah, itulah tujuan Kampung Lali Gadget berdiri. Mengalihkan perhatian anak agar lupa gadget kemudian melestarikan kebiasaan baik anak-anak dan permainan tradisional yang mulai jarang ditemui, tergerus gadget.

Alhamdulillah, kegiatan belajar Kampung Lali gadget diapresiasi oleh PT. Astra International Tbk. Tercatat sebagai Penerima Apresiasi 12th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards pada tahun 2021 di bidang pendidikan.

Penutup

Dari masalah kita belajar mencari solusi. Gadget bagi anak adalah masalah yang ditemui banyak orang. Orang tua berperan penting, belajar dari kesalahan diri sendiri dan melihat upaya orang lain. Kampung lali gadget dapat dijadikan terminal belajar.

Bagi kamu yang berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur. Bisa langsung mengunjungi Kampung Lali Gadget untuk merasakan sarana bermain. Dapat juga intip keseruan bermain di Ig @kampunglaligadget

 

 

Linda Puspita
Blogger dan Guru Honorer yang selalu beruntung saat mulai menulis. Menerima kerja sama, silahkan singgah di brilianamumtazia@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar