Sumber Gambar : @kampunglaligadget |
“Hiru makannya tambah lagi?”
“Hiru!”
“Hiru!”
“Hiru!”
Panggilan yang kesekian baru direspon
oleh anakku yang beranama Jawahiru. Kepala mengangguk, pandangan masih fokus ke
layar persegi yang memutar film kartun kesayangannya.
Aku mulai khawatir, durasi makan Hiru
semakin lama. Sepertinya makan adalah modus agar dia bisa nonton di ponsel.
Kesalahanku adalah mengijinkannya untuk boleh main hp hanya di waktu jam makan.
Awalnya, alasan ini membujuknya agar mau makan, badannya terlihat kurus, sehari
hanya makan satu kali itupun harus dibujuk terlebih dahulu.
Aku dan suami merasakan memberikan
gadget ketika makan memberikan resiko. Ia tidak mau makan tanpa hp. Ia menjadi
mudah marah. Serta, jika dipanggil tidak segera merespon.
Kami menghendus hal yang tidak beres
dan bertekad mengembalikan tumbuh kembang anak tanpa terganggu aku dan suami
sepakat membatasi screen time pada anak. Disini aku akan sharing catatan
pengalaman dalam hal tersebut, belajar dari seorang Achmad Irfandi dan gerakan
inovasi sosial yang dikelolanya, KGL atau Kampung Lali Gadget. Mencoba
mengatasi candu teknologi ini.
Bermain Adalah Kebutuhan Anak
Jika sebagai orang tua sudah ada rasa
panik, ini adalah kabar baik. Sebaliknya jika biasa saja melihat anak tidak
lepas dari gadget bahkan merasa nyaman dengan anak diberikan gadget dan sang
ibu bisa melakukan banyak hal. Sepertinya sebagai orang tua perlu belajar
banyak hal.
Termasuk penulis. Masih perlu banyak
belajar. Nah, ketika kami mendapati Hiru cendrung ke ponsel pada usianya 3.5
tahun. Maka yang kami lakukan adalah tidak ada toleransi untuk memberikan
gadget. Awalnya, Hiru merajuk, menangis bahkan tentrum. Kami selaku orang tua,
harus tega dan mengorbankan satu gadget. Gadget tanpa baterai yang dipegangnya,
dilempar.
Hari pertama, kedua, ketiga rewel.
Masuk hari keempat Hiru sudah lupa soal gadgetnya. Dengan syarat kami menemani
momen bermainnya. Perlahan memberi penjelasan, kalau gadget yang kedua orang
tua gunakan adalah untuk kepentingan kerja. Berusaha semaksimal mungkin untuk
tidak fokus dengan benda tersebut ketika bersama.
Alhamdulillah, Hiru sudah berusia
lima tahun sekarang. Tanpa gadget. Tantangannya ketika mengunjungi keluarga
yang anak-anak memegang gadget. Dia minta juga, dengan penjelasan dan alihkan
pikiran, Hiru tetap anteng tanpa ikut-ikutan bermain.
Belajar dari Achmad Irfandi dan Kampung Lali Gadget
Gadget menjadi isu Nasional. Dimana
mana kita temukan anak-anak balita, bahkan batita sibuk bermain gadget. Bahkan
di pengajian ibu-ibu sekalipun, ditemukan anak-anak sibuk sendiri. Alasannya
biar anteng selagi sang ibu menyimak
mengajian.
Padahal nyata sekali dampak penggunaan
gadget yang berlebihan akan membawa dampak buruk bagi perkembangan sosial dan
emosional anak. Dari dampak buruk terhadap mata yang belum siap sampai dampak
sosial anak menjadi pribadi tertutup, emosional, kasar, dan malas belajar.
Atas keprihatinan tersebut Achmad
Irfandi, menggagas terbentuknya Kampung Lali gadget. Terbentuk sejak tahun
2018, yayasan kampung lali gadget berkomitmen menjadi terminal budaya organik
sebagai pintu masuk mengatasi candu teknologi.
Berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur, tepatnya
di Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo. Di kampung ini tidak akan ditemui anak-anak
memainkan gadget. Mereka terlihat sibuk asyik bermain di sawah, membaca di
pojok baca atau bermain mainan tradisonal.
Sangat menikmati alam dengan
masa-masa bersama teman sebaya. Apakah kamu rindu dengan permainan estafet
daun, egrang, dakon, gobak sodor, sepak takraw, dolanan gedebog, bermain
layangan, membuat kue tradisional jemblem, bermain kelereng? Intip kegiatan
anak-anak di sini, lepaskan kerinduan untuk bermain bersama mereka. Lebih
menarik lagi jika mengenalkan ke anak-anak dan generasi selanjutnya.
Nah, itulah tujuan Kampung Lali Gadget
berdiri. Mengalihkan perhatian anak agar lupa gadget kemudian melestarikan
kebiasaan baik anak-anak dan permainan tradisional yang mulai jarang ditemui,
tergerus gadget.
Alhamdulillah, kegiatan belajar
Kampung Lali gadget diapresiasi oleh PT. Astra International Tbk. Tercatat
sebagai Penerima Apresiasi 12th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia
Awards pada tahun 2021 di bidang pendidikan.
Penutup
Dari masalah kita belajar mencari
solusi. Gadget bagi anak adalah masalah yang ditemui banyak orang. Orang tua
berperan penting, belajar dari kesalahan diri sendiri dan melihat upaya orang
lain. Kampung lali gadget dapat dijadikan terminal belajar.
Bagi kamu yang berdomisili di
Sidoarjo, Jawa Timur. Bisa langsung mengunjungi Kampung Lali Gadget untuk
merasakan sarana bermain. Dapat juga intip keseruan bermain di Ig
@kampunglaligadget
Posting Komentar
Posting Komentar