Pernah gak sih merasa sangat capek? Sangat lelah, baik secara
emosi dan fisik. Melihat rumah sangat berantakan, belum memasak, hari mulai
malam, anak anak saling bertengkar. Huhuhu. Rasa-rasanya dalam pikiran saling
berjejalan. Ingin teriak. Ingin menangis.
Tapi, ternyata di saat seperti real ilustrasi diatas hal yang paling penting adalah ibu tetap
tenang.
“Gimana mau tenang coba? Pikiran sedang kemerungsung. Ditambah kegaduhan anak-anak.”
Bahkan tak jarang anak-anak jadi lampiasan emosi ibu. Betul
tidak? Ketika malam, memandangi wajah anak-anak ada timbul penyesalan, esok
berlaku hal yang sama lagi. Hasilnya, anak-anak pun jadi mudah tantrum. Mudah marah.
Mewarisi sikap pemarah ibunya.
Contohnya, aku memiliki catatan pengalaman, saat meminta Hiru (5 tahun) untuk menyapu
teras. Dikerjakan sih. Tapi diluar ekspektasiku, sambil menyapu, ia mengomel
seperti apa yang pernah aku lakukan, “ ini sandal siapa? Kalau tidak disusun
kubuang nih!” (Sambil menyapu sandal-sandal). Dia bener-bener copy paste apa yang kulakukan. Selama ini,
ia mengamati, merekam dan sekarang menirunya.
Sebuah legacy (warisan)
buruk yang membentuk karakter anak. Dan takutnya menjadi dosa yang terus
mengalir. Makanya aku sekarang belajar untuk lebih hati-hati dalam bersikap,
tidak berkata-kata kasar.
Ketika mager banget
untuk beraktivitas, aku paksakan diri dan mengingat bahwa “Aku sedang
memperlihatkan sikap yang akan diwarisi anak-anak.”
Coba Shalat Awal Waktu
Sebuah nasehat parenting menyebutkan, “shalatlah awal waktu, kamu akan
bahagia, kamu akan dipermudah.” Ternyata bisa shalat awal waktu itu sebuah
nikmat yang bikin hati bahagia banget.
Dulunya, aku suka berdalih, “nanti saja shalat Ashar, setelah
mandi, setelah beres-beres, masak dll. Jatuhnya shalat jadi sangat telat. Sehingga
melakukan segala aktivitas dengan hati tak karuan. (Ini situasinya, aku pulang kerja
dari luar rumah dan harus menyelesaikan pekerjaan rumah juga serta di malam
hari aktif sebagai penulis blog).
Alhamdulillah, setelah merubah pengerjaan waktu shalat di
awal waktu. Rasanya hati menjadi lebih tenang. Selelah apapun. Mengerjakan pekerjaan
rumah juga dengan bahagia. Anak-anak jadi mudah diatur. Bertengkar ya
bertengkar, biasa saja. Yang luar biasa aku bisa respon dengan tidak
marah-marah pula.
Shalat Awal Waktu Sulit, bukan Berarti tidak bisa
I feel you, Mom! Sulit banget shalat di awal waktu. Anak menangis.
Minta ini dan itu. Sebenarnya, polanya adalah anak mengamati kebiasaan ibunya. Ketika
anak ditinggal shalat, dan ia menangis. Ada dua pilihan yang bisa ibu lakukan,
membiarkan saja dan melanjutkan shalat atau berhenti dan menenangkan si kecil.
Coba ibu biarkan saja dan lanjutkan shalatnya (Dengan catatan
posisi si kecil aman). Untuk selanjutnya insya allah, si kecil tidak menangis
lagi. Karena ia sudah mengamati polanya.
Kunci Ketenangan
Ketenangan anak dan ketenangan ibu bermula dari mengerjakan
shalat tepat waktu. Nikmatnya, walau lelah fisik, tapi di hati tenang. Anak anak
pun ikut tenang. Allah lah yang mendatangkan ketenangan, masa masa sukar ibu
terasa nikmat dijalani. masa ruwet pun menjadi bonding time antara ibu dan anak.
Bukan berapa banyak pekerjaan yang dilakukan ibu yang membuat
lelah. Namun, kekosongan jiwa dari mengingat Allahlah yang menjadikan berat.
Yuk, jadikan shalat bisa mengubah lelah ibu menjadi happy selalu.
Posting Komentar
Posting Komentar