Sumber Gambar : @perempuanmelawan_2023 |
Sebagai orang asli Jambi, saya ikut senang dan merasa sangat
terinspirasi ketika mendengar ada aktivis perempuan yang memiliki prestasi luar
biasa dan bermanfaat bagi lingkungan. Dia lah Wenny Ira Reverawati, seorang
dosen Ilmu Pemerintahan yang memberdayakan wanita desa melalui kegiatan daur
ulang sampah dalam pembangunan desa berdasarkan prinsip keadilan gender.
Memberdayakan perempuan desa? Vibesnya positif banget ya!
Nah, kegiatan yang mbak Wenny lakukan itu, akhirnya membawanya menjadi salah
satu perempuan asal Jambi yang Sukses menjadi penerima SATU Indonesia Awards
(SIA) 2017 dari Astra Indonesia. Penasaran ‘kan bagaimana ceritanya, ikuti sharing
kali ini yuk!
Wenny Ira Reverawati
Membaca biografi perempuan yang akrab disapa mbak Wenny itu
merasa takjub. Meskipun lahir di desa kecil yaitu desa Pematang Kancil,
Kabupaten Merangin, Jambi. Namun pendidikan yang telah ia tempuh membuktikan
bahwa, “pendidikan bisa merubah seseorang!”
Mengutip perkataannya, bahwa
Anak cerdas hanya lahir dari ibu yang cerdas!
Yup, setuju sekali! Semoga dengan adanya cerita mbak Wenny di
halaman blog ini bisa menginspirasi banyak orang untuk mengenyam pendidikan
setinggi mungkin. Meskipun kita seorang perempuan.
Jika teman-teman ingin mengenal sosok ini bisa mengunjungi
instagram mbak Wenny di @perempuanmelawan_2023, dalam postingannya selalu
menyuarakan keadilan gender. Motivasi perempuan dan pembuktian jika perempuan
bisa berkarya.
Perempuan hebat, lulusan program magister di Ilmu Hukum
Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) itu sekarang menjadi akademisi di Sekolah
Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Nurdin Hamzah Jambi.
Selain itu ia juga aktif sebagai penulis buku.
Sekolah Bank Sampah Perempuan (SBSP)
Cerita sampah memang tidak ada habis-habisnya. Semakin hari
tentunya semakin banyak. Bahkan menggunung, namun di tangan cantik mbak Wenny
dan perempuan desa yang ia berdayakan. Onggokan yang tidak bernilai menjadi
barang bisa pakai dan memiliki nilai guna.
Melalui sekolah bank sampah perempuan, mereka diberikan
dampingan untuk memanfaatkan sampah tersebut. Berdiri sejak tahun 2015, awalnya
sekolah ini adalah program dari tim Community Development Kampus tempat mbak
Wenny bekerja, untuk menjalankan proyek Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
(PPM).
Terpilihlah, Desa Penyengat Olak, yang lokasinya
memang ditepian sungai Batanghari
yang terdapat banyak sampah saat itu. Maka para perempuan disini diajak untuk peduli
terhadap lingkungan tempat mereka tinggal.
Akhirnya, terbentuklah Sekolah Bank Sampah Perempuan
Penyengat Olak. Anggotanya adalah para perempuan yang tinggal disana. Programnya
memberikan keterampilan merubah sampah menjadi barang cantik, unik dan
bermanfaat lagi.
Mbak Wenny berhasil membawa kemajuan di daerah ini. Hingga
akhirnya sekolah ini mendapatkan legalitas pada tahun 2016, dan telah mandiri
hingga sekarang.
Yang membuatku terharu ada seorang perempuan disabilitas yang
tergabung, namanya Marlina. Ternyata, dengan keuletan dan keinginan yang kuat,
ia pun bisa berdaya lebih baik. Marlina memberi kenangan kebersamaan yang
indah, karena qodarallah ia telah berpulang sekarang.
Penutup
Nah, dari sharing soal memberdayakan perempuan mengolah
sampah, kita jadi tahu selain dibakar sampah ini mau diapakan bukan?
Sampah rumah tangga yang tidak ada habisnya. Sampah organik
barangkali bisa diolah lagi menjadi pupuk, makanan ternak, yang non organik
dapat dijadikan bahan kerajinan yang bernilai lebih baik.
Kita bisa mengikuti gerakan yang dilakukan mbak Wenny, bersama
ibu-ibu di sekitar rumah, majelis taklim atau ibu-ibu arisan. Memecahkan
masalah sampah sekaligus mengembangkan keterampilan mengolah kembali.
Posting Komentar
Posting Komentar